BUDAYA DAERAH KALIMANTAN SELATAN
Saat
ini secara administrasi wilayah Provinsi Kalimantan Selatan terdiri
dari 11 Kabupaten dan 2 kota yaitu Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru,
Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai
Utara, Tabalong, Tanah Bumbu, dan Balangan serta Kota Banjarmasin dan
Kota Banjarbaru.
Daerah ini memiliki kawasan rawa-rawa yang luas, sekitar satu juta hektar, termasuk di dalamnya 200 ribu hektar kawasan rawa-rawa pasang surut (air asin) dan 500.000 kawasan rawa-rawa air tawar.
Dari
sisi budaya, Kalimantan Selatan merupakan pusat kebudayaan Masyarakat
Banjar. Rumah adat Banjar yang 'paling asli' dengan bentuk atapnya yang
tinggi masih dapat dijumpai di Kota Marabahan di tepi Sungai Barito,
sekitar 50 km Utara Banjarmasin.
Kelompok-kelompok masyarakat Dayak di Kalimantan Selatan dapat ditemui di kawasan pegunungan di bagian Timur Laut provinsi ini. Mereka disebut-sebut sebagai keturunan asli suku Banjar yrang berasal dari sekitar kawasan Sungai Barito namun kemudian pindah ke wilayah pegunungan menyusul masuknya Agama Islam ke wilayah itu pada abad ke 15 dan 16.
Sejarah
Pemerintahan
di Kalimantan Selatan diperkirakan dimulai ketika berdiri Kerajaan
Tanjung Puri sekitar abad 5 - 6 Masehi. Kerajaan ini letaknya cukup
strategis yaitu di kaki pegunungan Meratus dan di tepi sungai besar
sehingga di kemudian hari menjadi bandar yang cukup maju.
Kerajaan Tanjung Puri bisa juga disebut Kerajaan Kahuripan, yang cukup dikenal sebagai wadah pertama hibridasi, yaitu percampuran antar suku dengan segala komponennya. Setelah itu berdiri kerajaan Negara Dipa yang dibangun perantau dari Jawa.
Pada abad ke 14 muncul Kerajaan Negara Daha yang memiliki unsur-unsur Kebudayaan Jawa akibat pendangkalan sungai di wilayah Negara Dipa. Sebuah serangan dari Jawa menghancurkan Kerajaan Dipa ini.
Untuk
menyelamatkan, dinasti baru Pimpinan Maharaja Sari Kaburangan segera
naik tahta dan memindahkan pusat pemerintahan ke arah hilir, yaitu ke
arah laut di Muhara Rampiau. Negara Dipa terhindar dari kehancurar
total bahkan dapat menata diri menjadi besar dengan nama Negara Daha
dengan Raja sebagai pemimpin utama.
Negara Daha pada akhirnya mengalami kemunduran dengan munculnya perebutan kekuasaan yang berlangsung sejak Pangeran Samudra mengangkat senjata dari arah muara, selain juga mendirikan rumah bagi para patih yang berada di muara tersebut.
Pemimpin utama para patih bernama Masih, sementara tempat tinggal para Masih dinamakan Bandarmasih. Raden Samudra mendirikan istana di tepi sungai Kuwin untuk para patih Masih tersebut. Kota ini kelak dinamakan BANJARMASIN yang berasal dari kata BANDARMASIH.Kerajaan Banjarmasin berkembang menjadi kerajaan maritim utama sampai akhir abad 18. sejarah berubah ketika Belanda menghancurkan
Kerajaan Banjarmasin berkernbang menjadi kerajaan maritim utama sampai akhir abad 18. sejarah berubah ketika Belanda menghancurkan Keraton Banjar tahan 1612 oleh para Raja Banjarmasin saat itu Panembahan Marhurn, pusat Kerajaan dipindah ke Kayu Tangi, yang dikenal Kota Martapura.
Awal
abad 19 Inggris mulai melirik Kalimantan setelah mengusir Belanda
tahun 1809. Dua tahun kemudian menempatkan residen untuk Banjarmasin
yaitu Alexander Hare. Namun kekuasaannya tidak lama. karena Belanda
kembali.
Babak baru sejarah Kalimantan Selatan dimulai dengan bangkitnya rakyat melawan Belanda. Pangeran Antasari tampil sebagai pemimpin rakyat yang gagah berani. la wafat pada 11 Oktober 1862, kemudian anak cucunya membentuk Pegustiam sebagai lanjutan Kerajaan Banjarmasin.
Sumber : Buku Informasi Pariwisata Nusantara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia
0
komentar